Penyangraian
Kunci
dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses ini
merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari dalam
biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami mengandung
cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma khas
kopi. Waktu sangai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau
sering disebut derajad sangrai. Makin lama waktu sangrai, warna biji
kopi sangrai mendekati cokelat tua kehitaman.
Tingkat
penyangraian dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu ringan ( light ), medium
dan gelap ( dark ). Secara laboratoris tingkat kecerahan warna biji
kopi sangrai diukur dengan pembeda warna lovibond. Biji kopi beras
sebelum disangrai mempunyai warna permukaan kehijauanyang bersifat
memantulkan sinar sehingga nilai Lovibondnya ( L )
berkisar antara 60 – 65. Pada penyangraian ringan ( Light ), sebagian
warna permukaan biji kopi berubah kecoklatan dan nilai L turun menjadi
44 – 45. Jika proses penyangraian dilanjutkan pada tingkat medium, maka
nilai L biji kopi makin berkurang secara signifikan kekisaran 38 – 40.
Pada penyangraian gelap, warna biji kopi sangrai makin mendekati hitam
karena senyawa hidrokarbon terpirolisis menjadi unsur karbon. Sedangkan
senyawa gula mengalami proses karamelisasi dan akhirnya nilai L biji
kopi sangrai tinggal 34 – 35. Kisaran suhu sangrai untuk tingkat sangrai
ringan adalah antara 190 – 195 oC, sedangkan untuk tingkat sangrai medium adalah sedikit diatas 200 oC. Untuk tingkat sangrai gelap adalah diatas 205 oC.
Pendinginan Biji Sangrai
Setelah
proses sangrai selesai, biji kopi harus segera didinginkan didalam bak
pendingin. Pendinginan yang kurang cepat dapat menyebabkan proses
penyangraian berlanjut dan biji kopi menjadi gosong ( over roasted ).
Pendiginan dilakukan dengan melewatkan udara lingkungan dengan laju
aliran 600 m3 per jam kedalam massa
biji kopi. Selam pendinginan biji kopi diaduk secara manual agar proses
pendinginan lebih cepat dan merata. Selain itu, proses ini juga
berfungsi untuk memisahkan sisa kulit ari yang terlepas dari biji kopi
saat proses sangrai.
Penghalusan Biji Kopi Sangrai
Biji
kopi sangrai dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran
kopi bubuk dengan ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas
permukaan yang relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh.
Dengan demikian, senyawa pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah
larut kedalam air penyeduh.
Perubahan Kimiawi Biji Kopi Sangrai
Salah
satu perubahan kimiawi biji kopi selama penyangraian dapat dimonitor
dengan perubahan nilai pH. Biji kopi secara alami mengandung berbagai
jenis senyawa volatil seperti aldehida, furfural, keton, alkohol, ester,
asam format, dan asam asetat yang mempunyai sifat mudah menguap. Makin
lama dan makin tinggi suhu penyangraian, jumlah ion H+ bebas didalam seduhan makin berkurang secara signifikan.
Biji
kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk
citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Selam
penyangraian beberapa senyawa gula akan terkaramelisasi menimbulkan
aroma khas. Senyawa yang menyebabkan rasa sepat atau rasa asam seperti
tanin dan asam asetat akan hilang dan sebagian lainnya akan bereaksi
dengan asam amino membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna
cokelat.
Rendemen Kopi Bubuk
Rendemen
adalah perbandingan antara berat kopi bubuk dibandingkan berat kopi
beras. Selam penyangraian, berat biji kopi menyusut karena penguapan air
dan senyawa – senyawa volatil serta pelepasan kulit ari. Bersamaan
dengan penguapan air, beberapa senyawa volatil yang terkandung
didalam biji kopi seperti aldehid, furfural, keton, alkohol dan ester
ikut teruapkan. Biji kopi mengembang ( swelling ) dan berpori – pori.
Penurunan
berat biji kopi selama penyangraian menyebabkan nilai rendemen
berkurang sesuai dengan derajad sangrainya. Nilai rendemen tertinggi
yaitu 81 % diperoleh pada derajad sangrai ringan dan terendah yaitu 76 %
dengan derajad sangrai gelap. Selain karena proses sangrai, susut berat
juga terjadi selama proses penghalusan karena partikel bubuk yang
sangat halus terbang kelingkungan akibat gaya sentrifugal putaran pemukul mesin penghalus.
Sarana Penunjang
Sarana
penunjang yang diperlukan yaitu untuk proses pengemasan, sarana
laboratorium untuk uji kualitas bahan baku dan mutu kopi bubuk dan
sarana penunjang lain seperti generator listrik sebagai sumber listrik
tambahan saat sumber listrik PLN padam dan sarana angkut bahan baku dan
bahan jadi serta sebuah sepeda motor untuk keperluan tugas luar.
Bahan Pembantu
Bahan
pembantu utama yang digunakan adalah kemasan. Tujuan pengemasan adalah
untuk mempertahankan aroma dan citarasa kopi bubuk selama diangkut,
didistribusikan kekonsumen dan selama dijajakan ditoko, dipasar dan
ditoko swalayan dan selama disimpan oleh pemakai. Jika tidak dikemas
secara baik, kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk akan berkurang
secara signifikan setelah satu atau dua minggu.
Beberapa
jenis kemasan yang umum adalah plastik transparan, aluminum foil, metal
dan gelas. Masing – masing kemasan tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan baik dari aspek daya simpan, kepraktisan penggunaan dan
harga. Selain keawetan, tampilan kemasan juga harus mampu menarik
perhatian pembeli kopi bubuk.
Sumber :
Mulato, Sri. 2002. Simposium
Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian Nasional Yang Tangguh
melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan dalam Pengembangan
Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan Nilai Tambah Usaha
Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar